Hari itu hening penuh kedamaian. Mentari bersinar menyimbah cahayanya menerangi bumi, bayu lembut pula berhembusan membelai lantas melengkapkan kedamaian di bumi barakah ini.
Namun kedamaian yang tercipta tidak kekal lama. Tiada siapa dapat menduga geruh yang bakal menimpa. Langit yang tadi cerah disaat awan nipis melatari dadanya, tiba-tiba bagai dirasuk gila berantakan dengan hamburan timah panas milik yahudi zionis. Menyerbu dan meratah jasad-jasad yang bergelimpangan tanpa sekelumit belas kasihan.
Dunia tersentak, lantas meluap panas rasa marah penuh kebencian kepada bangsa terlaknat. Tetapi seperti biasa mereka hanya memekakkan telinga dan memejamkan mata persis si tuli. Maka sesuai benarlah mereka dijoloki keturunan "khinzir dan kera yang hina".
Sesungguhnya yahudi zionis bersikap angkuh, sombong di bumi ini. Mereka merasakan tidak ada sesiapa pun yang dapat atau mampu menghentikan tindak-tanduk serta tingkahlakunya. Apabila mereka inginkan “perdamaian”, maka perdamaian yang dimaksudkan hanyalah sesuai dengan kehendak dan kepentingan mereka. Seperti dinukilkan dalam sebuah syair:
“Adalah janji hari-hari si Urqub mengandung suatu iktibar.
Dimana janji hari-harinya hanyalah suatu kepalsuan.
Janganlah engkau tenggelam dengan apa pun yang dijanji dan diimpikannya.
Sesungguhnya impian dan janji-janjinya hanyalah suatu tipuan.”
Palestin dan air mata lukanya
Terkedu saya di hadapan skrin komputer riba, menyaksikan visual mangsa kekejaman yahudi zionis. Hati didakap sayu dan tersayat pilu, begitu juga perasaan marah, geram dan sebal yang terbuku.
Tidak semena-mena hati menutur bicara:
“Duhai Palestin bumi yang diberkati, kiblat pertama umat Islam. Bumi isra` yang kita gantungkan hati dan sanubari kepada Masjidil Aqsa yang tersergam mulia. Ingin sekali melihat dirimu dalam suasana yang berbeza..."
Kami menangis bersamamu Palestin!
0 comments:
Post a Comment