![]() | |
Pagi ini terasa lain. Angin yang menyapa dari celah jendela seolah-olah membawa pesan perpisahan. Hari ini, kami akan berangkat pulang ke Semenanjung.
Lima hari berada di sini terasa singkat, namun sarat dengan pengalaman, penuh dengan rasa. Ada budaya yang kami cicipi, ada wajah-wajah yang melekat dalam ingatan, dan ada perasaan yang sukar sekali digambarkan.
![]() |
'Sebelum pulang ke semenanjung, singgah membeli ole-ole di Pasar Tanjung Tawau' |
Sebelum meninggalkan bumi Tawau, kami memutuskan untuk singgah dahulu ke pasar Tawau. “Kita beli sikit ole-ole untuk dibawa pulang,” kata seorang sahabat sambil tersenyum, cuba menutup rasa sayu yang mula menjalar. Di pasar itu, hiruk-pikuk suara peniaga bercampur aroma laut dan rempah, seakan menjadi kenangan terakhir yang harus kami simpan erat.
Perut yang mula berkeroncong membawa kami singgah sarapan di tepi jalan. Sambil menyuap nasi panas dan teh tarik yang berasap, mata kami terbuai dengan pemandangan hijau yang terbentang luas, sawah, bukit, dan pohon-pohon yang mendamaikan.
“Indah betul bumi Sabah ni..” bisikku perlahan. Seorang sahabat hanya mengangguk, pandangannya jauh, mungkin hatinya juga berat seperti hatiku.
Sebelum tiba di lapangan terbang, kami singgah sebentar di 'carwash'. “Orang berbudi, kita berbahasa,” ujar seorang sahabat. Kereta yang dipinjamkan dengan penuh ikhlas oleh sahabat lama ini perlu kami pulangkan dalam keadaan terbaik.
Air menyiram tubuh kereta, seakan mencuci sekali kenangan perjalanan yang telah kami tempuh. Namun, yang tertinggal tetap tertinggal, kenangan tak mungkin luntur.
Di balai berlepas, suasana jadi sayu. Tidak banyak bicara, hanya senyum kecil yang cuba menutup gelisah. “InsyaAllah, kita akan kembali lagi,” kata seorang sahabat perlahan. Aku mengangguk, tidak mampu menambah kata.
Dalam hati, aku terdetik: “Orang Sabah ni baik-baik belaka… tutur kata lembut, wajah ramah, hati penuh ikhlas.”
![]() |
'Masih terbayang di mata suasana damai dan penduduk yang baik' |
Pesawat yang bakal membawa kami pulang sudah menanti. Saat melangkah masuk, hati terasa tertinggal. Dari jendela pesawat, aku pandang bumi Sabah yang makin jauh ditelan awan putih.
Ada sebak yang sukar ditahan, jasad ini kembali ke Semenanjung, tetapi doa dan kasih sayang tetap tertambat di Kunak, di Tadika Amal, di wajah-wajah polos anak-anak yang kami tinggalkan.
Hari ini, perjalanan kami tamat di sini, tapi hakikatnya sebuah permulaan baru sedang menanti—perjuangan yang lebih panjang untuk mereka di seberang laut.
![]() |
'Selamat tinggal' |
1 comments:
In syaa Allah, nanti datang lagi ke Tawau.
Post a Comment