foto hiasan (sumber)
Tiada malam yang diseliputi kegelapan kecuali pada akhirnya adalah fajar yang menyinsing cahaya. Tiada pula hilang terik sang matahari kecuali ia terbenam ke hujung barat menyambut datangnya malam. Begitulah Allah SWT menjalankan pergantian keduanya sebagai bahasa untuk umat manusia memahami ketetapan dan kekuasaan-Nya. Namun, ia juga adalah tanda perkiraan masa di dunia ini. Setelah terbenam sang mentari, maka berlalulah satu hari dalam kehidupan.
Berlalu sehari masa di dunia adalah isyarat telah hilang sehari daripada usia kita. Bayangkan seutas tali yang panjang, jika setiap hari dipotong sedikit demi sedikit, akhirnya akan habislah tali tersebut. Begitulah ibarat usia kehidupan kita. Sedarkah kita? Atau lalaikah kita? Tetapi, masa akan terus berlalu tanpa menunggu persetujuan kita. Samada kita menyambutnya atau menolaknya, ia akan tetap berlalu tanpa dapat dihalang sehinggalah akhir dunia ini.
Seandainya kita melihat usia yang bertambah saban tahun dengan makna yang tersirat, ia bukan sekadar angka yang dibilang-bilang. Sesungguhnya ia adalah derap langkah yang memendekkan jarak kepada kematian. Menanti dan mengharungi hari-hari yang berlalu bukan sekadar pejam dan celik, ia bukan hanya kerdipan mata, tetapi lebih daripada itu. Masa adalah usia, ia adalah nikmat yang tidak terperi. Hargailah...
#Meniti hari-hari menuju usia 40, jika ada belas keizinan Tuhan.
4 comments:
Mudah2an usia kita yang berbaki ini.dapat diisi dgn kebaikan
Perumpamaan mengenai tali yang dipotong itu buat diri ini tersentap.
ASSALAM...MASA YG MSH BERBAKI WALAU SEDIKIT INGIN DMENAFAATI SEBAIK MUNGKIN..INSYA ALLAH.
Salam kak Saniah,
Kita harapkan begitu kak. banyak mana baki usia, wallahua`lam. Takut apabila memikirkan persediaan, apakah masih berkurang kebajikan...
Salam kak Paridah,
Insya-Allah, mudah-mudahan begitu hendaknya
Post a Comment